Makalah Ahklak Muslim terhadap Rasulullah SAW
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Bahwa akhlak ialah sifat-sifat yang
dibawa manusia sejak lahir yang tertanam dalam jiwanya dan selalu ada padanya.
Sifat itu dapat lahir berupa perbuatan baik, disebut akhlak mulia, atau
perbuatan buruk, disebut akhalak yang tercela sesuai dengan pembinaannya.
Jadi akhlak pada hakikatnya khulk
(budi pekerti) atau akhlak ialah suatu kondisi atau sifat yang telah meresap
dalam jiwa dan menjadi kepribadian hingga dari situ timbullah berbagai macam
perbuatan dengan cara spontan dan mudah tanpa dibuat-buat dan tanpa memerlukan
pemikiran. Apabila dari kondisi tadi timbul kelakuan yang baik dan terpuji
menurut pandangan syari’at dan akal pikiran, maka ia dinamakan budi pekerti
mulia dan sebaliknya apabila yang lahir kelakuan yang buruk, maka disebutlah
budi pekerti yang tercela.
Mengejar
nilai materi saja, tidak bisa dijadikan sarana untuk mencapai kebahagiaan yang
hakiki. Bahkan hanya menimbulkan bencana yang hebat, karena orientasi hidup
manusia semakin tidak memperdulikan kepentingan orang lain, asalkan materi yang
dikejar-kejarnya dapat dikuasainya, akhirnya timbul persaingan hidup yang tidak
sehat. Sementara manusia tidak memerlukan lagi agama untuk mengendalikan segala
perbuatannya, karena dianggapnya tidak dapat digunakan untuk memecahkan
persoalan hidupnya.
Disamping
akhlak kepada Allah SWT, sebagai muslim kita juga harus berakhlak kepada Rasulullah
SAW, meskipun beliau sudah wafat dan kita tidak berjumpa dengannya, namun
keimanan kita kepadanya membuat kita harus berakhlak baik kepadanya,
sebagaimana keimanan kita kepada Allah SWT membuat kita harus berakhlak baik
kepada-Nya. Meskipun demikian, akhlak baik kepada Rasul pada masa sekarang
tidak bisa kita wujudkan dalam bentuk lahiriyah atau jasmaniyah secara langsung
sebagaimana para sahabat telah melakukannya.
Pada
dasarnya, utusan Tuhan (Rasulullah SAW) adalah manusia biasa yang tidak berbeda
dengan manusia lain. Namun demikian, terkait dengan status “rasul” yang
disandangkan Tuhan ke atas dirinya, terdapat ketentuan khusus dalam bersikap
terhadap utusan yang tidak bisa disamakan dengan sikap kita terhadap orang lain
pada umumnya.
B. RUMUSAN
MASALAH
Sesuai dengan pokok masalah yang
dibicarakan tentang, “Akhlak Terhadap Rasulullah SAW” maka
rumusan masalah ini difokuskan pada :
- Apa yang dimaksud dengan Akhlak itu ?
- Apa yang melatarbelakangi berakhlak kepada Rasulullah SAW ?
- Bagaimana cara berakhlak dengan Rasulullah SAW itu ?
C. TUJUAN PENULISAN
Tujuan dari
pembuatan makalah ini adalah bagaimana kita dapat mengerti cara yang tepat
berakhlak kepada Rasullah SAW,
dikarenakan beliau adalah seorang manusia sekaligus rasul yang paling sempurna
akhlak diantara makhluk lain ciptaan Allah. Jadi, tujuan penulisan makalah ini
kurang lebih sebagai berikut:
- Untuk memenuhi tugas mata kuliah Sertifikasi I.
- Dengan mempelajari dan memahami bahan makalah ini, tentang pembahasan Akhlak kepada Rasulullah SAW, maka kita dituntut agar dapat mengamalkannya di dalam kehidupan sehari-hari, sehingga kita bisa menjadi umat yang berbakti kepada Rasulullah SAW. Amien.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN
AKHLAK
Sebelum melangkah lebih jauh membahas masalah materi Ilmu Akhlak, perlu
dimengerti terlebih dahulu tentang definisi Ilmu Akhlak itu. Untuk itu
pembicaraan mengenai definisi akhlak, akan ditelusuri melalui dua pendekatan,
yaitu pendekatan dari aspek bahasa (etimologi) dan dari sudut istilah Islam
(terminologi).
1. Definisi
Akhlak Secara Etimologi
Menurut pendekatan etimologi, perkataan “akhlak” berasal dari bahasa Arab jama’
dari bentuk mufradnya “Khuluqun” (خلق) yang menurut logat diartikan : budi
pekerti, perangai, tingkah laku dan tabiat. Kalimat tersebut mengandung
segi-segi persesuaian dengan perkataan “khalkun” (خلق) yang berarti kejadian, serta erat
hubungannya dengan “khaliq” (خالق) yang berarti Pencipta dan “Makhluk” (مخلوق ) yang berarti diciptakan.
Perkataan akhlak (bahasa Arab)
adalah bentuk jamak dari kata khulk. Khulk di dalam kamus Al-Munjid berarti budi
pekerti, perangai tingkah laku atau tabiat. Di dalam Da ’iratul Ma’arif
dikatakan:
“Akhlak ialah sifat-sifat manusia yang terdidik”.
Bahwa akhlak ialah sifat-sifat yang
dibawa manusia sejak lahir yang tertanam dalam jiwanya dan selalu ada padanya.
Sifat itu dapat lahir berupa perbuatan baik, disebut akhlak mulia, atau
perbuatan buruk, disebut akhalak yang tercela sesuai dengan pembinaannya.
Jadi akhlak pada hakikatnya khulk
(budi pekerti) atau akhlak ialah suatu kondisi atau sifat yang telah meresap
dalam jiwa dan menjadi kepribadian hingga dari situ timbullah berbagai macam
perbuatan dengan cara spontan dan mudah tanpa dibuat-buat dan tanpa memerlukan
pemikiran. Apabila dari kondisi tadi timbul kelakuan yang baik dan terpuji
menurut pandangan syari’at dan akal pikiran, maka ia dinamakan budi pekerti
mulia dan sebaliknya apabila yang lahir kelakuan yang buruk, maka disebutlah
budi pekerti yang tercela.
2. Definisi
“Akhlak” secara Terminologi:
Berikut ini akan dibahas definisi “akhlak” menurut aspek terminologi. Beberapa
pakar mengemukakan definisi akhlak sebagai berikut:
a. Abu Ali Ibnu Muhammad Ibnu Ya’qub Miskawaih :
حَالُ
لِلنَّفْسِ دَاعِيَةٌ لَهَا اِلَى اَفْعَالِهَا مِنْ غَيْرِ فِكْرٍ
وَلاَرُوِيَةٍ
Artinya : “ Akhlak ialah keadaan gerak jiwa
yang mendorong untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melalui pertimbangan
pemikiran terlebih dahulu “
b. Abu Hamid Muhammad bin Muhammad Al-Ghozali
:
اَلْخُلُقُ عِبَارَةٌ عَنْ هَيْئَةٍ فِى
النَّفْسِ رَاسِخَةً عَنْهَا تَصْدُرُ الاْ َفْعَالُ
بِسُهُوْلَةٍ وَيُسْرٍ مِنْ غَيْرِ حَاجَةٍ اِلَى فِكْرٍ وَرُوِيَّةٍ
Artinya : “ Suatu sifat yang tertanam dalam jiwa
yang dapat memunculkan perbuatan-perbuatan dengan mudah tanpa memerlukan
pertimbangan pemikiran “
c.
Ibrahim Anis :
حَالُ لِلنَّفْسِ رَاسِخَةُ تَصْدُرُ عَنْهَا
الاَعْمَالُ مِنْ خَيْرٍ اَوْ شَرِّ حَاجَةٍ اِلَى فِكْرٍ وَرُوِيَّةٍ
Artinya : “ Sifat yang tertanam dalam jiwa, yang
melahirkan bermacam-macam perbuatan, baik atau buruk, tanpa membutuhkan pemikiran
dan pertimbangan “
d.
Ahmad Amin :
عَرَّفَ بَعْضُهُمْ الْخُلُقَ بِأَنَّهُ عَادَةُ
الاِْرَادَةِ يَعْنِى أَنَّ الاِْرَادَةَ اِذَا اِعْتَادَتْ شَيْأً فَعَادَتُهَا
هِيَى الْمُسَمَّاةُ بِالْخُلُقِ
Artinya : “ Sementara orang membuat definisi
akhlaq, bahwa yang disebut akhlak ialah kehendak yang dibiasakan. Artinya bahwa
kehendak itu bila membiasakan sesuatu, maka kebiasaan itu dinamakan akhlak “
Dari definisi tersebut diatas dapat disimpulkan
bahwa akhlak adalah tabiat, sifat seseorang atau perbuatan manusia yang
bersumber dari dorongan jiwanya yang sudah terlatih, sehingga dalam jiwa
tersebut benar-benar sudah melekat sifat-sifat yang melahirkan
perbuatan-perbuatan dengan mudah dan spontan tanpa dipikirkan serta di
angan-angan lagi. Maka dari itu gerakan refleks, denyut jantung dan
kedipan mata itu tidak dapat disebut sebagai akhlak, karena gerakan tersebut
tidak diperintah oleh unsur kejiwaan. Sebab akhlak merupakan
” kehendak
” dan ” kebiasaan ” manusia yang menimbulkan kekuatan-kekuatan yang sangat
besar untuk melakukan sesuatu. Kehendak merupakan keinginan yang ada pada diri
manusia setelah dibimbing, dan kebiasaan adalah perbuatan yang diulang-ulang
sehingga mudah untuk melakukannya. Oleh karena itu faktor kehendak atau kemauan
memegang peranan yang sangat penting sebab dengan adanya kehendak tersebut
telah menunjukkan adanya unsur ikhtiar dan kebebasan, yang karenanya dapat
disebut dengan ”akhlak”
B.
DASAR
PEMIKIRAN AKHLAK TERHADAP RASULULLAH SAW
Berakhlak
kepada Rasulullah SAW dapat diartikan suatu sikap yang harus dilakukan manusia
kepada Rasulullah SAW sebagai rasa terima kasih atas perjuangannya membawa umat
manusia kejalan yang benar.
Berakhlak kepada Rasulullah SAW perlu dilakukan atas
dasar pemikiran sebagai berikut:
1. Rasulullah
SAW sangat besar jasanya dalam menyelamatkan kehidupan manusia dari kehancuran.
Berkenaan dengan tugas ini, beliau telah mengalami penderetin lahir batin,
namun semua itu diterima dengan ridha.
2. Rasulullah
SAW sangat berjasa dalam membina akhlak yang mulia. Pembinaan ini dilakukan
dengan memberikan contoh tauladan yang baik. Allah berfirman:
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ
حَسَنَةٌ ﴿الاحزاب٢١ ﴾
Artinya: Sesungguhnya telah ada
pada (diri) Rasulullah SAW itu suri teladan yang baik. (QS Al-Ahzab:21)
3. Rasulullah
SAW berjasa dalam mejelaskan al-Qur’an kepada manusia, sehingga menjadi jelas
dan mudah dilaksanakan. Penjelasan itu terdapat dalam haditsnya, Firman Allah
SWT:
هُوَ الَّذِي
بَعَثَ فِي الْأُمِّيِّينَ رَسُولاً مِّنْهُمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِهِ
وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِن كَانُوا مِن
قَبْلُ لَفِي ضَلَالٍ مُّبِينٍ ﴿ألجمعة ٢﴾
Artinya: Dialah yang mengutus kepada kamu yang buta
huruf seorang Rasul diantara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada
mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan kepada mereka kitab dan hikmah. Dan
sesungguhnya, mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata. (QS
Al-Jumu’ah:2).
4. Rasulullah
SAW telah mewariskan hadits yang penuh dengan ajaran yang sangat mulia dalam
berbagai bidang kehidupan.
5. Rasulullah
SAW telah memberikan contoh modek masyarakat yang sesuai dengan tuntunan agama,
yaitu masyarakat yang beliau bangun di Madinah.
C.
CARA
BERAKHLAK KEPADA RASULULLAH SAW
Adapun diantara akhlak kita kepada Rasulullah
SAW yaitu salah satunya ridho dan beriman kepada rasul , ridho dalam beriman
kepada rasul inilah sesuatu yang harus kita nyatakan sebagaimana hadist Nabi SAW
“Aku ridho kepada allah sebagai tuhan, islam sebagai
agama dan muhammad sebagai nabi dan rasul.”
Beriman kepada nabi dan rasul, yaitu
berarti bahwa kita beriman kepada para Rasul itu sebagai utusan Tuhan kepada
ummat manusia. Kita mengakui kerasulannya dan menerima segala ajaran yang
disampaikannya.
Banyak cara yang dilakukan dalam
berkhlak kepada Rasulullah SAW. Diantaranya adalah sebagai berikut:
1.
Mengikuti
dan menaati Rasulullah SAW
Mengikuti dan menaati Rasul
merupakan sesuatu yang bersifat mutlak bagi orang-orang yang beriman. Karena
itu, hal ini menjadi salah satu bagian penting dari akhlak kepada Rasul, bahkan
Allah SWT akan menempatkan orang yang mentaati Allah dan Rasul ke dalam derajat
yang tinggi dan mulia, hal ini terdapat dalam firman Allah:
وَمَن يُطِعِ
اللّهَ وَالرَّسُولَ فَأُوْلَـئِكَ مَعَ الَّذِينَ أَنْعَمَ اللّهُ عَلَيْهِم
مِّنَ النَّبِيِّينَ وَالصِّدِّيقِينَ وَالشُّهَدَاء وَالصَّالِحِينَ وَحَسُنَ
أُولَـئِكَ رَفِيقاً ﴿ألنسا ٦٩﴾
Artinya: Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan
Rasul, mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat
oleh Allah, yaitu Nabi-nabi, orang-orang yang benar, orang-orang yang mati
syahid dan orang-orang shaleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya
(QS An-Nisaa:69).
Disamping itu, manakala kita telah
mengikuti dan mentaati Rasul SAW Allah SWT akan mencintai kita yang membuat
kita begitu mudah mendapatkan ampunan dari Allah manakala kita melakukan
kesalahan, Allah berfirman:
قُلْ إِن
كُنتُمْ تُحِبُّونَ اللّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ
ذُنُوبَكُمْ وَاللّهُ غَفُورٌ رَّحِيمٌ ﴿الإمران٣١ ﴾
Artinya: Katakanlah: “jika kamu (benar-benar)
mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah akan mencintai kamu dan mengampuni
dosa-dosamu”. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (QS Ali Imran:31)
Oleh karena itu, dengan izin Allah Swt, Rasulullah SAW
diutus memang untuk ditaati, Allah SWT berfirman:
وَمَا
أَرْسَلْنَا مِن رَّسُولٍ إِلاَّ لِيُطَاعَ بِإِذْنِ اللّهِ ﴿ألنسا ٦٤﴾
Artinya: Dan Kami tidak mengutus seorang rasul,
melainkan untuk ditaati dengan izin Allah (QS An-Nisaa:64).
Manakala manusia telah menunjukkan akhlaknya yang
mulia kepada Rasul dengan mentaatinya, maka ketaatan itu berarti telah
disamakan dengan ketaatan kepada Allah SWT. Dengan demikian, ketaatan kepada
Allah dan Rasul-Nya menjadi seperti dua sisi mata uang yang tidak boleh dan
tidak bisa dipisah-pisahkan. Allah berfirman:
مَّنْ يُطِعِ
الرَّسُولَ فَقَدْ أَطَاعَ اللّهَ وَمَن تَوَلَّى فَمَا أَرْسَلْنَاكَ عَلَيْهِمْ
حَفِيظاً ﴿ألنّسا ٨٠﴾
Artinya: Barangsiapa mentaati rasul, sesungguhnya
ia telah mentaati Allah. Dan barangsiapa yang berpaling (dari ketaatan itu),
maka Kami tidak mengutusmu untuk menjadi pemelihara bagi mereka (QS An-Nisaa:80).
Tunduk dan patuh kepada ajaran yang disampaikan Rasul.
Allah berfirman:
قُلْ
أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ ﴿ألنّور ٥٤﴾
Artinya: Katakanlah:
"Ta`atlah kepada Allah dan ta`atlah kepada rasul. (QS An-Nur 54).
2.
Mencintai
dan memuliakan Rasulullah SAW
Keharusan yang harus kita tunjukkan
dalam akhlak yang baik kepada Rasul adalah mencintai beliau setelah kecintaan
kita kepada Allah SWT. Penegasan bahwa urutan kecintaan kepada Rasul setelah
kecintaan kepada Allah disebutkan dalam firman Allah
قُلْ إِن
كَانَ آبَاؤُكُمْ وَأَبْنَآؤُكُمْ وَإِخْوَانُكُمْ وَأَزْوَاجُكُمْ
وَعَشِيرَتُكُمْ وَأَمْوَالٌ اقْتَرَفْتُمُوهَا وَتِجَارَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا
وَمَسَاكِنُ تَرْضَوْنَهَا أَحَبَّ إِلَيْكُم مِّنَ اللّهِ وَرَسُولِهِ وَجِهَادٍ
فِي سَبِيلِهِ فَتَرَبَّصُواْ حَتَّى يَأْتِيَ اللّهُ بِأَمْرِهِ وَاللّهُ لاَ
يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ ﴿٢٤﴾
Artinya: Katakanlah, jika bapak-bapak, anak-anak,
saudara-saudara, isteri-isteri, keluarga, harta kekayaan yang kamu usahakan,
perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang
kamu sukai, adalah lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dasn (dari)
berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya.
Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik (QS 9:24).
Mencintai ajaran yang di bawanya, Nabi Muhammad SAW, bersabda:
لايؤمن أحدكم
حتّى اكون أحبّ اليه من نفسه ووالِده وولَده والنّاس أجمعين.
Artinya: Tidak beriman salah seorang diantaramu,
sehingga aku lebih dicintai olehnya daripada dirinya sendiri, orang tuanya,
anaknya dan manusia semuanya. (H.R. Bukhari Muslim).
3.
Mengucapkan
sholawat dan salam kepada Rasulullah SAW
Mengucapkan sholawat dan salam
kepada Nabi Muhammad SAW, sebagai tanda ucapan terimakasih dan sukses dalam
perjuangannya. Secara harfiyah, shalawat berasal dari kata ash shalah yang berarti
do’a, istighfar dan rahmah. Kalau Allah bershalawat kepada Nabi, itu berarti
Allah memberi ampunan dan rahmat kepada Nabi, Firman Allah SWT,
Rasulullah SAW dalam sabdanya menyatakan sebagai
berikut:
البخيل من ذكرت عنده فلم يصلّ علىّ
Artinya: Orang yang kikir ialah orang yang menyebut
namaku didekatnya, tetapi ia tidak bersholawat kepadaku. (H.R Ahmad ).
من صلّى علىّ صلاة صلّى الله عليه بها عشرا
Artinya: Siapa yang bersholawat kepadaku satu kali,
Allah akan bersholawat kepadanya sepuluh kali sholawat. (H.R Ahmad).
إنّ اولى النّاس بى يوم القيامة اكثرهم عليّ صلاة
Artinya: Sesungguhnya orang yang paling dekat
denganku pada hari kiamat, ialah orang yang paling banyak bersholawat kepadaku.
(H.R Turmudzi).
4.
Mencontoh
akhlak Rasulullah SAW.
Jika Rasulullah SAW bersikap
kasih sayang keras dalam mempertahankan prinsip, dan seterusnya maka manusia
juga harus demikian. Allah berfirman:
مُّحَمَّدٌ
رَّسُولُ اللَّهِ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاء عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاء
بَيْنَهُمْ تَرَاهُمْ رُكَّعاً سُجَّداً يَبْتَغُونَ فَضْلاً مِّنَ اللَّهِ
وَرِضْوَاناً ﴿الفتح ٢٩ ﴾
Artinya: Muhammad itu adalah
utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap
orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka, kamu lihat mereka
ruku` dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya.(QS Al-Fath:29).
5.
Melanjutkan
Misi Rasulullah SAW.
Misi Rasul adalah menyebarluaskan
dan menegakkan nilai-nilai Islam. Tugas yang mulia ini harus dilanjutkan oleh
kaum muslimin, karena Rasul telah wafat dan Allah tidak akan mengutus lagi
seorang Rasul. Meskipun demikian, menyampaikan nilai-nilai harus dengan
kehati-hatian agar kita tidak menyampaikan sesuatu yang sebenarnya tidak ada
dari Rasulullah SAW. Keharusan kita melanjutkan misi Rasul ini ditegaskan oleh
Rasul SAW:
“Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat, dan
berceritalah tentang Bani Israil tidak ada larangan. Barangsiapa berdusta atas
(nama) ku dengan sengaja, maka hendaklah ia mempersiapkan tempat duduknya di
neraka.” (HR. Ahmad, Bukhari dan Tirmidzi dari Ibnu Umar).
Demikian beberapa hal yang harus
kita tunjukkan agar kita termasuk orang yang memiliki akhlak yang baik kepada
Nabi Muhammad SAW.
6.
Menghormati
Pewaris Rasul
Berupaya menjaga nama baiknya dari
penghinaan dan cemoohan yang orang-orang yang tidak suka padanya. Berakhlak
baik kepada Rasulullah SAW juga berarti harus menghormati para pewarisnya,
yakni para ulama yang konsisten dalam berpegang teguh kepada nilai-nilai Islam,
yakni yang takut kepada Allah SWT dengan sebab ilmu yang dimilikinya.
إِنَّمَا
يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاء إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ غَفُورٌ ﴿٢٨﴾
Artinya: Sesungguhnya
yang takut kepada Allah diantara hamba-hamba-Nya hanyalah ulama. Sesungguhnya
Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun (QS Faathir:28).
Kedudukan ulama sebagai pewaris Nabi dinyatakan oleh Rasulullah
SAW :
“Dan sesungguhnya ulama adalah pewaris Nabi.
Sesungguhnya Nabi tidak tidak mewariskan uang dinar atau dirham, sesungguhnya
Nabi hanya mewariskan ilmui kepada mereka, maka barangsiapa yang telah mendapatkannya
berarti telah mengambil bagian yang besar.” (HR. Abu Daud dan Tirmidzi).
Karena ulama disebut pewaris Nabi,
maka orang yang disebut ulama seharusnya tidak hanya memahami tentang seluk
beluk agama Islam, tapi juga memiliki sikap dan kepribadian sebagaimana yang
telah dicontohkan oleh Nabi dan ulama seperti inilah yang harus kita hormati.
Adapun orang yang dianggap ulama karena pengetahuan agamanya yang luas, tapi
tidak mencerminkan pribadi Nabi, maka orang seperti itu bukanlah ulama yang
berarti tidak ada kewajiban kita untuk menghormatinya.
7.
Menghidupkan
Sunnah Rasul
Kepada umatnya, Rasulullah SAW tidak
mewariskan harta yang banyak, tapi yang beliau wariskan adalah Al-Qur’an dan
sunnah, karena itu kaum muslimin yang berakhlak baik kepadanya akan selalu
berpegang teguh kepada Al-Qur’an dan sunnah (hadits) agar tidak sesat, beliau
bersabda:
“Aku tinggalkan kepadamu dua pusaka, kamu tidak akan
tersesat selamanya bila berpegang teguh kepada keduanya, yaitu kitab Allah dan
sunnahku.” (HR. Hakim).
Selain itu, Rasulullah SAW juga
mengingatkan umatnya agar waspada terhadap bid’ah dengan segala bahayanya,
beliau bersabda:
“Sesungguhnya, siapa yang hidup sesudahku, akan
terjadi banyak pertentangan. Oleh karena itu,. Kamu semua agar berpegang teguh
kepada sunnahku dan sunnah para penggantiku. Berpegang teguhlah kepada
petunjuk-petunjuk tersebut dan waspadalah kamu kepada sesuatu yang baru, karena
setiap yang baru itu bid’ah dan setiap bid’ah itu sesat, dan setiap kesesatan
itu di neraka.” (HR. Ahmad, Abu Daud, Ibnu Majah, Hakim, Baihaki dan Tirmidzi).
Dengan demikian, menghidupkan sunnah
Rasul menjadi sesuatu yang amat penting sehingga begitu ditekankan oleh Rasulullah
SAW.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Akhlak adalah budi perkerti yang
dilihat dengan kasyaf mata, orang yang berakhlak mulia akan selalu manis
dilihat orang-orang di sekitar.
Rasulullah SAW adalah Uswatun
Hasanah bagi kita semua umat Islam, dari beliau kita mendapat anugerah yang
begitu besar. Bukan hanya Rasulullah SAW, tetapi Rasul-Rasul yang diutus Allah
pun selain Nabi Muhammad SAW juga mempunyai akhlak yang begitu mulia pula.
Akhlak terhadap Rasulullah SAW
sendiri menjadi acuan yang sangat penting bagi kehidupan kita, karena akhlak
beliau yang begitu sempurna kita juga harus memperlakukan beliau dengan begitu
sempurna juga, dilihat dari cerita pada zaman sahabat-sahabat beliau yang
begitu mengagungkan beliau dan begitu hormatnya.
Adapun diantara akhlak kita kepada Rasulullah
SAW yaitu salah satunya ridho dan beriman kepada rasul , ridho dalam beriman
kepada rasul inilah sesuatu yang harus kita nyatakan sebagaimana hadist Nabi Muhammad
SAW;
“Aku ridho kepada allah sebagai tuhan, islam sebagai
agama dan muhammad sebagai nabi dan rasul.”
Beriman kepada nabi dan rasul, yaitu
berarti bahwa kita beriman kepada para Rasul itu sebagai utusan Tuhan kepada
ummat manusia. Kita mengakui kerasulannya dan menerima segala ajaran yang
disampaikannya.
Banyak cara yang dilakukan dalam
berkhlak kepada Rasulullah SAW. Diantaranya adalah sebagai berikut:
1.
Mengikuti
dan menaati Rasulullah SAW
2.
Mencintai
dan memuliakan Rasulullah SAW
3.
Mengucapkan
sholawat dan salam kepada Rasulullah SAW
4.
Mencontoh
akhlak Rasulullah SAW.
5.
Melanjutkan
Misi Rasulullah SAW.
6.
Menghormati
Pewaris Rasul
7.
Menghidupkan
Sunnah Rasul
DAFTAR
PUSTAKA
http://hapidzcs.blogspot.com/2011/12/akhlak-kepada-Rasulullah
SAW.html
http://alfutuchat.wordpress.com/2010/06/24/2-pengertian-akhlak-menurut-istilah/
http://id.wikipedia.org/wiki/Akhlak